BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kromium
merupakan salah satu logam berat yang tidak ditemukan di alam bebas.Logam krom
(Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam
tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat
menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak
dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit
perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar
pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan
kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke
dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal
ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar
dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan
bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan
karbonat.Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat
menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi
terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga,
misalnya ruam kulit.
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya dengan potensi
alamnya. Selain itu Indonesia juga sedang melakukan pembangunan
negeri. Dalam pembangunan ini, maka banyak muncul industri sebagai penguat
ekonomi. Salah satunya adalah industri pelapisan logam. Industri ini banyak
memberikan manfaat, tetapi juga meninggalkan banyak pencemaran lingkungan dan
penyakit yang menghinggapi para pekerjanya.
Environmental Protection
Agency (EPA)
Amerika Serikat menggolongkan kromium sebagai suatu zat yang bersifat
karsinogenik. Pekerja perusahaan yang menggunakan proses pelapisan kromium
berisiko tinggi terimbas pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat
proses pelapisan kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker
paru-paru. Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan
menimbulkan ulserasi (borok),ulserasi pada selaput
lendir hidung, vascular effect (pembuluh darah
pada aorta rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas tubuh,
gangguan reproduksi dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis telah
menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan
potensial insidens, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan (NIOSH
1996).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas
maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.
Pengenalan kromium
2.
Sejarah ditemukannya
kromium
3.
Sifat fisik dan kimia
kromium
4. Difisiensi
kromium
5.
Manfaat kromium
6.
Sumber kromium
7.
Kerugian kromium
8.
Reaksi-reaksi
yang terjadi pada kromium
9.
Persenyawa kromium
10. Sifat keradioaktifan
1.3
Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dan manfaat
yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yakni:
1.
Untuk mengetahui pengenalan
kromium
2.
Untuk mengetahui sejarah
ditemukannya kromium
3.
Untuk mengetahui sifat
fisik dan kimia kromium
4. Untuk
mengetahui difisiensi kromium
5.
Untuk mengetahui manfaat kromium
6.
Untuk mengetahui sumber kromium
7.
Untuk mengetahui kerugian kromium
8.
Reaksi-reaksi
yang terjadi pada kromium
9.
Persenyawa kromium
10. Sifat keradioaktifan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Kromium
Kromium
merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras.
Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam
bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah.
PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.
Semua
senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi
kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi
kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia,
kromium Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi
dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil, kromium digunakan
sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa istop. Diantara isotop-isotop
kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis,
seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup
sel darah merah.
Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang penting adalah
natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari campuran aluminum
dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis
kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak
digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen
yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri tekstil sebagai
mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan dan lainnya,senyawa
khrom berguna untuk melapisi aluminum.Seperti logam jarang lain yang esensial,
krom adalah suatu unsur peralihan dalam tabel berkala. Kemampuan deret
unsur-unsur ini untuk membentuk senyawa koordinasi dan kelat adalah suatu sifat
kimia penting yang membuat logam-logam esensial tersedia untuk sistem-sistem
kehidupan. Krom di dalam makanan terdapat sekurang-kurangnya dalam dua bentuk
yaitu sebagai Cr3+ dan di dalam suatu molekul yang aktif secara biologis.
Walaupun belum sepenuhnya dicirikan, molekul yang aktif secara biologi itu
tampaknya ialah suatu kompleks dinikotinatokrom3+, terkoordinasikan dengan
asam-asam amino (mungkin sekali glutation) yang membuat molekul itu stabil
(Nasoetion dan Karyadi, 1988). Kromium membantu mengawal tahap gula dalam
darah. Ia mungkin juga membantu dalam mengurangkan simptom kelaparan fisiologi
dan memainkan peranan dalam mengurai lemak.
2.2 Sejarah
Ditemukannya Kromium
Bahkan,
nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan
demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh
kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert
yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang
merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada
pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromium
terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa
lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida
ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
Kromium
sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar
dimulai beberapa dekade sebelum ini.
Pada
1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof di lereng Timur dari
Pegunungan Ural di mana ia memperoleh sampel dari mineral merah-oranye yang
disebutnya ujung merah Siberia. Setelah kembali ke St Petersburg pada 1766, ia
menganalisis mineral ini dan menemukan bahwa itu berisi "mineralisasi
dengan spar selenitic dan partikel besi". Bahkan, mineral itu crocoite,
sebuah kromat timbal (PbCrO4).
Pada
tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan Beresof dan
diamatinya "merah” memimpin mineral yang sangat luar biasa yang belum
pernah ditemukan dalam tambang lainnya. Ketika dilumatkan, itu memberikan guhr
kuning indah yang dapat digunakan dalam lukisan miniatur. Meskipun jarang
dan kesulitan dengan yang diperoleh dari Pertambangan Beresof (pengangkutan ke
Eropa Barat sering mengambil dua tahun), penggunaan timbal merah Siberia
sebagai pigmen cat cepat dihargai dan itu ditambang baik sebagai kolektor item
serta untuk industri cat - kuning cerah yang terbuat dari cepat crocoite
menjadi warna modis untuk kereta bangsawan di Prancis dan Inggris.
Pada
1797, Nicolas-Louis Vauquelin, profesor kimia dan pengujian di School of Mines
di Paris, menerima beberapa sampel bijih crocoite.. Analisis berikutnya
mengungkapkan unsur logam baru, yang disebutnya kromium setelah
khrôma
kata
Yunani,
yang berarti warna.Setelah penelitian lebih lanjut dia
terdeteksi jejak unsur kromium dalam permata memberikan
karakteristik warna merah batu delima dan zamrud hijau khas, serpentine, dan
mika krom.
Pada
1798, Lowitz dan Klaproth menemukan kromium dalam sampel batu hitam berat
ditemukan lebih ke utara dari Pertambangan Beresof dan pada 1799 Tassaert
diidentifikasi kromium dalam mineral yang sama dari sejumlah kecil deposit di
wilayah Var Selatan-Timur Perancis. Mineral ini ia ditentukan
sebagai besi spinel krom sekarang dikenal sebagai kromit (FeOCr2O3).
Cadangan
bijih kromit ditemukan di Pegunungan Ural sangat meningkatkan suplai kromium
untuk industri cat berkembang dan bahkan menghasilkan bahan kimia pabrik krom
disiapkan di Manchester, Inggris sekitar 1808. Pada 1827, Tyson Ishak
mengidentifikasi simpanan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-Maryland dan
Amerika Serikat menjadi pemasok monopoli untuk beberapa tahun. Tapi kelas
kromit deposito-tinggi ditemukan dekat Bursa di Turki pada tahun 1848 dan
dengan kelelahan dari deposito Maryland sekitar 1860, Turki yang kemudian
menjadi sumber utama pasokan. Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun
sampai pertambangan bijih kromium dimulai di India dan Afrika Selatan sekitar
1906. Dan meskipun pigmen cat tetap menjadi aplikasi utama selama
bertahun-tahun, kromium memiliki kegunaan lain: Kochlin memperkenalkan
penggunaan kalium dikromat sebagai mordan dalam industri
pencelupan pada tahun 1820.
Penggunaan
garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara komersial pada tahun 1884.
Sementara kromit pertama kali digunakan sebagai bahan tahan api di Perancis
pada tahun 1879, penggunaan sebenarnya dimulai di Britania pada tahun
1886.Paten pertama untuk penggunaan kromium dalam baja telah diberikan tahun
1865, tetapi skala besar menggunakan kromium harus menunggu sampai logam
kromium bisa diproduksi oleh rute-termal alumino, dikembangkan pada awal
1900-an dan ketika tungku busur listrik bisa mencium bau kromit ke dalam paduan
master, ferrochromium. Sementara finishing logam membawa kecemerlangan untuk
ditambahkan ke katalog warna krom, sebuah panggilan yang benar datang dengan
penemuan dari baja stainless, untuk krom adalah bahan yang membuat stainless
steel.
Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama
Louis-Nicholas Vauquelin menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin
menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena
adanya unsur baru, yaitu kromium.
Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani
“kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa
berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian
seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium
dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber
utama kromit hingga sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari
Siberia menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4,
tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai
kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas
Vauquelin.
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna
abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup
tinggi.
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras.
Khromium terdapat pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating.
Dalam bidang industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium
murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan logam
khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya
tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium
dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium
ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang
mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan
oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari
sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat
mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat,
2002).
Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,
sangat keras, mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh
dan titik didih unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi
yang terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut dengan
lambat sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II).
|
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Kromium
1) Sifat
Fisik Kromium
Massa
Jenis
|
7,15
g/cm3 (250C)
|
Titik
Lebur
|
2180
K, 19070C, 3465 ° F
|
Titik
Didih
|
2944
K, 26710C, 4840 ° F
|
Entalpi
Peleburan
|
20,5
kJ mol -1
|
Panas
Penguapan
|
339
kJ mol -1
|
Entalpi
Atomisasi
|
397
kJ mol -1
|
Kapasitas
Kalor (250C)
|
23,25 J/mol.K
|
Konduktivitas
Termal
|
94
W m -1 K -1
|
Koefisien
ekspansi termal linier
|
4,9
x 10 -6 K -1
|
Kepadatan
|
7,140
kg m -3
|
Volum
Molar
|
7,23
cm 3
|
Sifat
Resistivitas listrik
|
12,7
10 -8 Ω m
|
Karakteristik
|
24Cr
|
Massa
atom relative
|
51,996
|
Jari-jari
atom (nm)
|
0,117
|
Jari-jari
ion(pm) M+2, M+3, M+4, M+5, M+6 (Bilangan koordinasi 6)
|
73,
61.5, 55, 49, 44
|
Keelektronegatifan
|
1,6
|
Energi
ionisasi (IE) kJ/mol-1
|
659
|
Kelimpahan
(ppm)
|
122
|
Densitas
(g cm-3)
|
7,
14
|
Potensial
elektroda
M+2(aq)
+ 2e
M(s)
M3+(aq)
+ e
M+2(aq)
|
-0,56
-0,41
|
Konfigurasi
elektronik
|
[18Ar]
3d54s1
|
2) Sifat
Kimia Kromium
Nomor
Atom
|
24
|
Massa
Atom
|
51,9961
g/mol
|
Golongan,
periode, blok
|
VI
B, 4, d
|
Konfigurasi
elektron
|
[Ar]
3d5 4s1
|
Jumlah
elektron tiap kulit
|
2,
8,13, 1
|
Afinitas
electron
|
64,3
kJ / mol -1
|
Ikatan
energi dalam gas
|
142,9
± 5,4 kJ / mol -1.
|
Panjang
Ikatan Cr-Cr
|
249
pm
|
Senyawa
beracun dan mudah terbakar
|
2.4 Difisiensi Kromium
Bahwa defiensi krom diaplikasikan dalam beberapa bentuk diabetes telah ditunjukkan dalam studi-studi kassus alimentasi parental. Penurunan kandungan krom jaringan dengan umur dapat mencerminkan sekurang-kurangnya untuk sebagian, adamya defisiensi krom di dalam makanan Di Amerika Serikat dan di masyarakat lain yang teknologinya sudah maju. Schoeder et al. Mengkorelasikan nilai-nilai kandengan krom jaringan dengan nilai dugaan konsumsi krom dalam makanan berbagai populasi dan menemukan konsumsi krom dalam makanan di Amerika Serikat berkisar antara 5 sampai 150 per hari dengann rata-rata 60 , jauh lebih rendah daripada konsumsi-konsumsi yang dilaporkan dari berbagai wilayah di seluruh dunia.
Kandungan krom yang lebih rendah diduga
terjadi akibat pengolahan dan pemurnian pangan, dengan kehilangan krom
diperkirakan sampai 80 persen untuk jenis bahan pangan, karena ada
kecenderungan orang lebih menyukai serealia, biji-bijian, lemak dan gula yang
telah dimurnikan dan diolah lebih lanjut, dan mengingat bahwa dalam bentuknya
yang dimurnikan bahan-bahan itu adalah sumber krom. Amerika Serikat agaknya
terdapat konsumsi krom yang sanagt marginal.
Penelitian-penelitian
tentang suplementasi Cr3+ pada subjek manula memberikan dugaan adanya
difisiensi krom dalam kelompok inidan memperkuat proporsi bahwa konsumsi krom
dalam makanan Amerika Serikat mungkin tidak cukup untuk memelihara kandungan
krom jaringan sepanjang hayat. Ketidakcukupan konsumsi krom dapat bertanggung
jawab sekurang-kurangnya atas beberapa kasus peningkatan ketidaktoleran glukosa
dengan meningkatnya usia. Masalah analitik dan intrumental menghambat suatu
usaha pembuktian adanya hubungan langsung seperti itu pada manusia.
2.5 Manfaat
Kromium
a. Digunakan untuk mengeraskan baja,
untuk pembuatan stainless steel, dan untuk membentuk paduan
b. Digunakan dalam plating untuk
menghasilkan permukaan yang indah dan keras, serta untuk mencegah korosi
c. Digunakan untuk memberi warna hijau
pada kaca zamrud
d. Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7
merupakan agen oksidasi dan digunakan dalamanalisis kuantitatif dan juga
dalam penyamakan kulit
e. Merupakan suatu pigmen, khususnya
krom kuning
f. Digunakan dalam industri tekstil
sebagai mordants
g. Industri yang tahan panas
menggunakan kromit untuk membentuk batu bata dan bentuk, karenamemiliki titik
lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal, dan stabil struktur Kristal
h. Dibidang biologi kromium memiliki
peran penting dalam metabolisme glukosa
i.
Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan
untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah
j.
Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya
senyawa PrCrO4
k. Digunakan dalam pembuatan batu
permata yang berwarna. Warnanya kerap digunakan adalah warna merah, yang
diperoleh dari kristal aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium
l.
Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh
dari Hasil pembakaran amoniumdikromat, (NH4)2Cr2O7,
yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).
m. Penggunaan
utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada stainless steel, chrome
plating, dan keramik logam.
n. Chrome
plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan seperti cermin pada
baja.
o. Kromium
digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan mengkilap.
p. Digunakan
pada pewarna dan cat, untuk memproduksi batu rubi sintetis, dan sebagai katalis
dalam pencelupan dan penyamakan kulit.
q. Kromium
(IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.
Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan
karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan
digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang
keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau
emerald pada kaca. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu
bata, karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif
rendah dan kestabilan struktur kristal.
Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya
Phillips katalis untuk produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan
silikon dioksida atau campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida.
Kromium (IV) oksida (CrO 2) merupakan sebuah magnet senyawa
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja
tahan karat. Kromium (IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik
digunakan dalam performa tinggi dan standar kaset audio. Asam kromat adalah agen oksidator
yang kuat dan merupakan senyawa yang bermanfaat untuk membersihkan gelas
laboratorium dari setiap senyawa organik. Hal ini disiapkan dengan melarutkan
kalium dikromat dalam asam sulfat pekat, yang kemudian digunakan untuk mencuci
aparat. Natrium dikromat kadang-kadang digunakan karena lebih tinggi kelarutan
(5 g/100 ml vs 20 g/100 ml masing-masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia
reagen, digunakan dalam membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen
titrating.
Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk
membuat paduan (aliase) dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium
memberikan kekuatan dan kekerasan serta sifat tahan karat pada paduan logam.
Baja tahan karat (stainless steels) mengandung sekitar 14% kromium. Oleh karena
kekerasannya, paduan kromium dengan kobalt dan tungsten (wolfram) digunakan
untuk membuat mesin potong cepat. Kromium digunakan dalam membuat berbagai
macam pernik kendaraan bermotor karena sangat mengkilap. Penggunaan kromium
sebagai refraktori terutama karena mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C),
koefisien muai yang tidak terlalu besar dan mempunyai bentuk kristal yang
stabil.
Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik)
kendaraan bermotor dan untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan
secara elektrolisis, yaitu dengan electroplating. Untuk tujuan itu digunakan
senyawa kromium dengan tingkat oksidasi +6. Dalam prosesnya, kromium mula-mula
direduksi menjadi Cr+ baru kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika larutan
yang digunakan adalah Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu
disebabkan ion Cr3* dalam air terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu
[Cr(H20)6]3+. Ion kompleks ini tidak mudah direduksi. Jika yang digunakan
adalah Cr6+, maka ion Cr3"1" terbentuk dalam suatu lapisan di
permukaan logam dan tidak lagi bereaksi dengan air, melainkan langsung
direduksi menjadi unsur kromium (Cr).
2.6
Sumber Kromium
Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain
ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4,
yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika
Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari,
meteorit, kerak batu dan air laut.
Bijih utama khrom adalah khromit, yang ditemukan di
Zimbabwe, Rusia, Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik
Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan dengan
mereduksi khrom oksida dengan aluminum.
Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam
konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan
juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda.
Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI).
Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.
Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan
salah satu unsur nutrisi yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan kromium
(0) umumnya dihasilkan dari proses industri. Kromium adalah logam baja berwarna
abu – abu, ditambang dalam bentuk biji kromit, tidak berbau dan mengkilat.
Kromium stabil pada tekanan dan temperature normal. Kromium dalam konsentrasi
tertentu bersifat racun bagi manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi
dilabolatorium, karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari komersial
kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih
ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na2CrO 4 di
mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida,
Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah hujan,
dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau
silikon untuk membentuk logam kromium.
Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan
krom adalah dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam
asam sulfat untuk memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk
elektroplating krom.
2.7 Kerugian Kromium
Kromium
(III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan
kondisijantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak
penyerapan kromium (III)dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam
kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi
kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang yangbekerja di industri baja dan
tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki kesempatanyang lebih tinggi
terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan
berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalamproduk kulit, dapat menyebabkan
reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom(VI) dapat
menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya
yangdisebabkan oleh kromium (VI) adalah:
ü Kulit
ruam
ü Sakit
perut dan bisul
ü Masalah
pernapasan
ü Sistem
kekebalan yang lemah
ü Ginjal
dan kerusakan hati
ü Perubahan
materi genetic
ü Kanker
paru-paru
ü Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan
dengan kromium bergantung pada keadaan oksidasi.Bentuk logam (krom sebagaimana
yang ada dalam produk ini) adalah toksisitas rendah. Bentukyang hexavalent
beracun. Efek samping dari bentuk hexavalent pada kulit mungkin termasukdermatitis,
dan reaksi alergi kulit. Gejala pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan
hidunggatal.
Bentuk
Keracunan Kromium
Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja
yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau
produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika
menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan
efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung,
paru-paru,lambung, dan usus.
Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada
hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang
sangat besar, menyebabkan gangguan perut,bisul,
kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.
a. Efek Klinis
Efek dari chromium terhadap
kesehatan yakni bisa mengalami gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat
pencernaan. Chromium(Vi) dikenal untuk menyebabkan berbagai kesehatan
mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di dalam produk kulit,
itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Setelah bernafas
chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan mimisan.
b. Keracunan Akut
ü Bila
terhirup / inhalasi
Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan iritasi.
ü Bila
kontak dengan kulit
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
ü Bila
kontak dengan mata
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat
menyebabkan iritasi pada mata.
ü Bila
tertelan
Logam kromium sangat sulit
diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi dalam jumlah yang cukup dari
beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut,
muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.
c. Keracunan Kronis
ü Bila
terhirup / inhalasi
Paparan berulang dalam jangka waktu
yang lama dari beberapa senyawa kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi)
dan berlobang (perforasi) pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan
saluran pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan, tapi hal ini
jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau
fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek
ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan logam.
ü Bila
kontak dengan kulit.
Paparan berulang dalam jangka waktu
yang lama dari beberapa senyawa kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe
dermatitis, termasuk eksim “Chrome holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan
ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
ü Bila
kontak dengan mata
Paparan berulang dalam jangka waktu
yang lama untuk beberapa senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata
(konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah
dilaporkan akibat paparan logam.
DAMPAK LINGKUNGAN
Ada beberapa jenis kromium yang
berbeda dalam efek pada organisme. Kromium memasuki udara, air dan tanah di
krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui proses-prosesalam dan aktivitas
manusia. kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium(III) yang
meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang meningkatkan
kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur tekstil, elektro lukisan
dan kromium (VI) aplikasi
dalam industri. Aplikasi ini terutama akan meningkatkan konsentrasi kromium
dalamair. Melalui kromium pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan
melalui pembuanganlimbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada
akhirnya akan menetap dan berakhir di perairanatau tanah. Kromium dalam tanah
sangat melekat pada partikel tanah dan sebagai hasilnya tidakakan bergerak
menuju tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi
takbergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada
akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme yang
dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati, ketika dosis
harian terlalu rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat
mengubah bahan genetik danmenyebabkan kanker.
Tanaman mengandung sistem yang
mengatur kromium-uptake harus cukup rendah tidak menimbulkan bahaya. Tetapi
ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat, hal ini masih dapatmengarah pada
konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman tanah
jugadapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya
menyerapkromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi
ketika konsentrasi melebihinilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi
dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi tinggikromium, karena pembuangan
produk-produk logam di permukaan air, dapat merusak insangikan yang berenang di
dekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkanmasalah
pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat
lahir,infertilitas dan pembentukan tumor.
Toksiksitas
Kromium
Kontaminasi
logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini. Persoalan
spesifik logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai pada
rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam
berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat.
Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan
kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila produk yang
dikonsumsikan mengandung logam berat. Kromium (Cr) merupakan elemen berbahaya
di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai
Cr(VI), tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat
biologinya.
Kromium
bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam dan dalam
material biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam
valensi merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga
valensi memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan enam valensi. Pada
bahan makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah dan diperkirakan
konsumsi harian komponen ini pada manusia di bawah 100 µg, kebanyakan berasal
dari makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam level yang rendah.
Kromium
adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk manusia. Teloransi
glukosa akan terganggu pada hewan yang kekurangan kromium, tetapi suatu
postulat tentang faktor teloransi glukosa belum diisolasikan atau dicirikan.
Konsumsi yang di anjurkan oleh Food and Nutition Board National Research
Council serta dianggap aman dan cukup adalah 50 sampai 200 µg per hari.
Penentuan kebutuhan kromium yang tepat untuk manusia, tetap merupakan pekerjaan
yang sulit, meliputi indentifkasi fungsi fisiologik khusus yang berhubungan
dengan kadar kromium, tidak terang-terangan melawan dan berpengaruh terutama
terhadap fungsi-fungsi tersebut dengan faktor-faktor yang berdampingan.
2. 8 REAKSI-REAKSI YANG TERJADI PADA KROMIUM
1) Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak
bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar
2) Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak
bereaksi dengan air pada suhu kamar.
3) Reaksi kromium dengan halogen
a) Fluorida
Kromium bereaksi langsung
dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300 atmosfer untuk membentuk
kromium (VI) fluorida, CRF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CRF6
(s) [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk
CRF5
2Cr (s) + 5F2
(g) → 2CrF5 (s) [merah]
2Cr (s) + 3F2
(g) → 2CrF3 (s) [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan
kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat
membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.
b) Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s)
[merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida
juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4
c) Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3BR2 (g) → 2CrBr3 (s)
[sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida
juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4
d) Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s)
[hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga
dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
4) Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta
gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks
[Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni
tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
Contoh reaksi kromium dengan asam
klorida:
Cr(s) + 2HCl(aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H 2 (g)
5) Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya:
Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan
Trikromium tetraoksida, Cr3O4.
6) Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya :
kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3
7) Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.
8) Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium
heksakrbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu
membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat
membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].
2.9 SENYAWA KROMIUM
Senyawa komponen khrom
berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang penting adalah natrium dan kalium,
dikromat, dan garam dan ammonium dari campuran aluminum dengan khrom .
Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis kuantitatif, juga dalam
proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak digunakan di industri; timbal
khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa
khrom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam
industri penerbangan dan lainnya,senyawa
khrom berguna untuk melapisi aluminum.
Senyawaan Biner
Halida.Anhidrat halida Cr
(II) di peroleh melalui aksi HCI, HBr atau I2 kepada logam 600 sampai
700’C,atau melalui reduksi dengan H2 pada 500 sampai 600⁰C. Cr2C12 larut dalam air memberikan larutan biru ion
Cr2+.
Triklorida CrC13 yang ungu kemerahan
di buat dengan aksi SOC12 pada klorida terhidratnya.Bentuk bersepih dari CrC13
di sebabkan oleh struktur lapisannya.
Krom (III) klorida membentuk adduct dengan ligan
donor.Tetrahidrofuranat,CrC13 dalam THF, adalah materi yang terutama berguna
bagi pembuatan dari senyawaan kromium lainnya,seperti senyawaan karbonil atau
organo.
Oksida alfa-Cr2O3 yang
hijau terbentuk pada pembakaran Cr dalam O2, pada dekomposisi termal CrO3. Oksida hidrat bersifat amfoter dan mudah
klarut dalam asam, menghasilkan [Cr(H2O)6]3+ dan dalam basa pekat membentuk chromite.
Kromium oksida adalah katalis yang penting bagi berebagai reaksi yang luas.
Kromium(VI) oksida, CrO3 diperoleh sebagai endapan merah kejinggaan pada
penambahan asam sulfat kedalam Na2Cr2O7. Secara termal tidak stabil diatas
titik lelehannya dan keehilangan O2 menghasilkan Cr2O3. Strukturnya terdiri
atas rantai tidak terhingga Dari tetrahedral CrO4 yang menggunakan
sudut-sudutnya. Ia larut dalam air dan sangat beracun.
Interaksi CrO3 dan zat-zat orrganik adalah kuat dan bisa meledak, tetapi
CrO3 digunakan dalam kimia organic sebagai pengoksida, biasanya dalam asam
asetat sebagai pelarut.
Kromium (III)
Keadaan oksidasi 3 adalah
yang paling stabil, dan sejumlah besar krom (III) senyawa yang diketahui.
Kromium (III) dapat diperoleh dengan melarutkan unsur kromium dalam asam
seperti asam klorida atau asam sulfat. Cr3+ ion memiliki jari-jari yang sama
(0.63 Å) untuk Al3+ ion (jari-jari 0,50 Å), sehingga mereka dapat menggantikan
satu sama lain dalam beberapa senyawa, seperti dalam tawas krom dantawas. Ketika
jumlah jejak Cr3+ menggantikan Al3+ di korundum (aluminium oksida, Al2O3) ,
berwarna merah ruby terbentuk.
Kromium cenderung membentuk ion kompleks; kromium ion dalam air biasanya
octahedrally dikoordinasikan dengan molekul air untuk membentuk hydrates. Yang
tersedia secara komersial kromium (III) klorida hidrat adalah kompleks hijau
tua [CrCl2 (H2O)4] Cl, tapi dua bentuk lain yang dikenal: hijau pucat
[CrCl(H2O)5]Cl2, dan ungu [Cr(H2O)6]Cl3. Jika air hijau bebas krom (III)
klorida dilarutkan dalam air maka solusi hijau berubah menjadi ungu setelah
beberapa waktu, karena penggantian air untuk klorida di dalam lingkup
koordinasi. Reaksi semacam ini juga diamati dalam tawas, dan larut air lainnya
kromium (III) garam
Reaksi sebaliknya dapat
dirangsang dengan memanaskan larutan. Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah
amfoter, larut dalam asam solusi untukmembentuk [Cr(H2O)6]3+, dan dalam solusi
dasar untuk membentuk [Cr(OH)6]3-. Hal ini mengalami dehidrasi dengan pemanasan
untuk membentuk hijaukrom (III) oksida (Cr2O3) , yang merupakan oksida stabil
dengan struktur kristal identik dengan yang korundum.
Kromium (IV)
Senyawa Kromium(IV) (dalam bilangan oksidasi 4) sedikit lebih stabil
daripada krom (V) senyawa. Tetrahedral, CRF4, CrCl4, dan CrBr4, dapat diproduksi
oleh bereaksi trihalida (CRX3) dengan kelebihan jumlah yang sesuai halogen pada
temperatur tinggi. Sebagian besar senyawa disproporsionasi rentan terhadap
reaksi dan tidak stabil dalam air.
Kromium (V)
Satu-satunya senyawa biner
yang sangat volatilekrom (V) fluorida (CRF5) . Padat merah ini memiliki titik
lebur 30°C dan titik didih 117°C, dan dapat disintesis oleh fluorin bereaksi
dengan kromium pada 400°C dan tekanan 200 bar. Peroxochromate Kalium
(K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida
pada temperatur rendah. senyawa coklat merah ini stabil pada suhu kamar tetapi
terurai secara spontan pada 150-170 °C.
Kromium (VI)
Kromium (VI) senyawa
oksidan yang kuat, dan, kecuali heksafluorida, mengandung oksigen sebagai
ligan, sepertikromat anion (CrO42-) dan chromyl klorida (CrO2Cl2). Kromat
industri dihasilkan oleh memanggang oksidatif darikromit bijih dengan kalsium
atau natrium karbonat.
Kromium (VI) dalam larutan
senyawa dapat dideteksi dengan menambahkan asam peroksida hidrogensolusi. Biru
gelap yang tidak stabil kromium (VI) peroksida (CrO5) terbentuk, yang dapat
distabilkan sebagai adduksi eter CrO5 atau Asam kromat memiliki struktur
hipotetis H2CrO4. Baik chromic asam maupun dichromic dapat diisolasi, tapi
mereka anion ditemukan dalam berbagai senyawa, yang chromates dan dichromates.
Merah gelap kromium (VI) oksida CrO3, asam anhidrida dari asam khrom, adalah
industri dijual sebagai "chromic asam". Hal ini dapat diproduksi
dengan mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen oksidasi
yang sangat kuat.
Contoh yang stabil senyawa
kromium (II) adalah air-stabil kromium (II) klorida, CrCl2, yang dapat dibuat
oleh penurunan kromium (III) klorida dengan seng. Biru cerah yang dihasilkan
hanya solusi netral stabil pada pH ketika solusi sangat murni
Kromium sangat terkenal karena kemampuannya untuk membentuk berlipat lima
ikatan kovalen. Produk dari suatu reaksi antara kromium (I) dan sebuah
hidrokarbon radikal ini ditampilkan melalui difraksi sinar-X untuk memuat
berlipat lima ikatan dengan panjang 183,51 (4) am (1,835 Å) bergabung dengan
dua atom krom pusat. Sangat besar monodentate ligan menstabilkan senyawa ini
dengan melindungi ikatan yang berlipat lima dari reaksi lebih lanjut.
Pembentukan Senyawa Kompleks
Kromium(III) dapat
membentuk banyak kompleks khususnya dengan bilangan koordinasi 6. Hal ini
disebabkan karena adanya kelembapan kinetik yang relatif dalam larutan aqua
(Cotton dan Wilkinson, 2007). Berdasarkan hal tersebut mendorong para kimiawan
klasik untuk mensintesis maupun mengisolasi senyawa kompleks dengan melibatkan
kromium. Selain itu, persenyawaan kromium dapat bertahan dalam larutan, bahkan
secara termodinamik tidak stabil.
Kromium(III) dapat membentuk kompleks dengan warna yang menarik. Misalnya:
ion kompleks [Cr(H2O)6]3+, pada kompleks ini perubahan warna Cr(III) sangat
menarik. Kompleks tersebut berwarna ungu, akan tetapi bila dipanaskan menjadi
hijau karena mengakibatkan terbentuknya kompleks seperti [Cr(H2O)4Cl2]+ dan
[Cr(H2O)5SO4]+. Pada suhu kamar, kompleks yang berwrna hijau terurai, dan
kembali menjadi warna ungu (Hiskia, 2001).
2.10 SIFAT KERADIOAKTIFAN
1) Kelimpahan Unsur Kromium
Berikut merupakan
kelimpahan dari unsur kromiumdalam berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang
diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9),
baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk
ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan
hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.
Tempat Ppb berat Ppb oleh atom
Alam semesta 15000 400
Matahari 20000 400
Meteorit (karbon) 3100000 1200000
Kerak batu 140000 55000
Air laut 0.6 0.071
Arus 1 0.02
manusia 30 4
2) Isotop kromium
Beberapa dari isotop
kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk
produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan
kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian
metabolisme dan diagnosa diabetes
Isotop
|
Massa Atom
|
Waktu paruh
|
Kelimpahan di alam (%)
|
Momen magnetik nuklir
|
48Cr
|
47,95404
|
21,6 hari
|
-
|
-
|
49Cr
|
48,951341
|
42,3 menit
|
-
|
0,476
|
50Cr
|
49,9460464
|
-
|
4.345
|
-
|
51Cr
|
50,944772
|
27,70 detik
|
-
|
-0,934
|
52Cr
|
51,09405098
|
-
|
83,789
|
-
|
53Cr
|
52,9406513
|
-
|
9,501
|
-0,47454
|
54Cr
|
53,9388825
|
-
|
2,365
|
-
|
55Cr
|
54,940844
|
3,497 menit
|
-
|
-
|
CONTOH PERISTIWA AKIBAT
KROMIUM
Polusi
zat hexavalent chromium di sukinda,india
Zat
ini merupakan jenis logam yang dapat menyebabkan dan meningkatkan resiko
kanker. Sukinda, daerah di negara bagian India Orrisa memiliki 97 persen
cadangan bijih kromit terbesar di dunia. Kromit merupakan sumber kromium.
Daerah ini juga merupakan tambang kromit terbuka terbesar di dunia.
Menurut
Institute Blacksmith, pada tahun 2007 terdapat 12 tambang beroperasi tanpa
adanya rencana pengelolaan lingkungan. Mereka menyebarkan limbahnya ke
lingkungan sekitar termasuk sungai-sungai didaerah.Tak hanya itu, penambang
yang terbiasa terkena debu kromium dan air yang terkontaminasi mengalami
berbagai gangguan fisik seperti pendarahan, TBC, dan asma. Dalam beberapa kasus,
kandungan krom ini berada pada 20 kali di atas standar keamanan internasional.
Asosiasi Sukarelawan Kesehatan Orissa melaporkan bahwa 85 persen kematian di
daerah pertambangan dan industri di daerah itu berhubungan dengan kromit.
Logam Chromium (Cr) juga beracun bagi manusia. Pengaruh racun
ini pada awalnya juga diketahui di Jepang pada tahun 1960, dimana masyarakat
yang tinggal di daerah sekitar pabrik Kiryama, Nippon-Denko Concern di Pulau
Hokkaido banyak menderita penyakit kanker paru-paru. Awalnya penyakit ini tidak
diketahui penyebabnya, setelah melalui penelitian ternyata Kesehatan Lingkungan
2 of 5 penyakit
tersebut diketahui sebagai akibat dari masyarakat menghirup limbah debu
Industri tersebut di atas yang mengandung Chromium Bervalensi IV (Cr+4) dan
(Cr+6).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
ü Kromium adalah
sebuah unsur
kimia dalam tabel
periodik yang
memiliki lambang Cr dan nomor
atom 24.
ü Jalur
pemajanan kromium melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
ü Kromium
adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di
batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di
alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah
kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0)
umumnya dihasilkan dari proses industri.
ü Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja
yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom,
pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji
dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik
kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium
menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar